Total Pengunjung

Friday, 30 March 2012

Wujud Kebudayaan Dan Orientasi Nilai Budaya

WUJUD KEBUDAYAAN DAN ORIENTASI NILAI BUDAYA, PERUBAHAN KEBUDAYAAN, dan KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

A.     WUJUD KEBUDAYAAN DAN ORIENTASI NILAI BUDAYA
Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
·        Gagasan
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilainorma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
·        Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
·        Artefak
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn   dalam   Pelly   (1994)   mengemukakan   bahwa   nilai   budaya merupakan  sebuah  konsep  beruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan  wujud  ideal  dari  lingkungan  sosialnya.  Dapat  pula  dikatakan  bahwa sistem   nilai   budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai   kebudayaan   mengkonsepsikan   masalah   universal   ini   dengan berbagai  variasi  yang  berbeda  –  beda.  Seperti  masalah  pertama,  yaitu  mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan   nirwana,   dan   mengenyampingkan   segala   tindakan   yang   dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan  seperti  ini  sangat  mempengaruhi  wawasan  dan  makna  kehidupan  itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu.Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam  masyarakat  yang  mementingkan  kemandirian  individual,  maka  keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi  antara  kedua  pola  yang  ekstrim  itu  yang  dapat  disebut  sebagai  pola transisional.

B.     PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Pengertian perubahan kebudayaan adalah  suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh :
·        Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.

Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
             a.      Mendorong perubahan kebudayaan
·        Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan  material).
·        Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
·        Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Menghambat perubahan kebudayaan
·        Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah   
      seperti :adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
·        Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.

Ada juga  faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
             a.      Faktor intern
·        Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
·        Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
·        Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
·        Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

               b.      Faktor ekstern
·        Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
·        Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
·        Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.

C.     KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Hubungan manusia dengan kebudayaan adalah :
Manusia sebagai perilaku kebudayaan. Kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan manusia. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tmpak bahwa keduanya akhirnya merupakan satu kesatuan.

Sumber :



Manusia Dan Hakekat Manusia

BAB I PENDAHULUAN    

1.1 KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah Azza Wajalla, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, Tugas ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Tugas ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar, pada semester II, di tahun ajaran 2012, dengan tema manusia dan hakekat manusia. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk mengetahui lebih jelas apa itu pribadi manusia secara lebih lanjut dan hakekatnya dalam kehidupan kita sehari hari.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, tugas ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.


1.2 LATAR BELAKANG

            Mungkin kita terlalu sibuk akan segala kegiatan dan kesibukan sehari hari, sehingga melupakan sebenarnya siapa kita itu sebagai manusia. Secara ilmiah, agama dan segala aspek hidupnya, sampai pada hakekat kita manusia, serta hak kewajiban. Oleh sebab itu saya membuat tugas ini untuk membahas masalah ini, mungkin kurang mendetail karena keterbatasan sarana dan informasi yang ada.


1.3 RUMUSAN MASALAH

1. definisi manusia
2. pengenalan manusia
3. hakekat dan seluk beluk manusia




BAB II PEMBAHASAN

1.      Definisi manusia

Secara alamiah

Manusia merupakan kelompok homo sapien dari kelas mamalia. Dengan cirri fisik memiliki rambut disekitar tubuhnya dan berkembang biak dengan cara melahirkan lewat proses perkawinan.
Secara agama
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mempunyai akal dan budi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di dunia ini. Yang akhirnya memenuhi bumi dan menguasainya.

2.      Pengenalan manusia   
Unsur manusia :
1.  Jasad : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya,
2.  Hayat : mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
3. Roh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran
4.  Nafsu : kesadaran tentang diri sendiri.

Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur
- ID, merupakan kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak,.
- EGO, berperanan dalam menghubungkan energi ID dalam saluran sosial yang dapat dimengerti orang lain.
- SUPER EGO, terbentuk dari lingkungan eksternal, merupakan kesatuan standar moral.

3.      Hakekat Manusia
Menurut pandangan saya dari semua sumber ada beberapa hakekat manusia yang begitu penting, diantaranya:
-  Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan utuh
-  Makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk  lainnya,
-  Makhluk yang memiliki akal pikiran dan budi (perasaan) seperti
1.   Perasaan Intelektual : yaitu daya pikir dan kepintaran mengolah masalah yang terjadi           pada hidupnya.                         
2.   Perasaan Diri : yaitu perasaan akan adanya kesedihan, amarah, bahagia, dll
3.   Perasaan Estetis : perasaan menilai akan suatu keindahan yang biasanya timbul dari          batin seseorang.                                
4.   Perasaan Sosial : perasaan akan pentingnya hubungan dengan makhluk lain                           terutama dengan manusia lainnya.
5.    Perasaan Etis : yaitu pola pikir yang sesuai dengan aturan yang berlaku                                      
6.    Perasaan religious : perasaan batin akan Tuhan sang penciptanya.
            - Makhluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi.
           -  Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana
damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan
penderitaan. Manusia diciptakan bersuku – suku dan berbangsa – bangsa untuk saling
kenal mengenal dan tolong menolong dalam kehidupan ini. Akibat hubungan yang
semakin meluas dari antar individu sampai antar Negara atau bangsa hingga
menimbulkan perselisihan paham yang ditimbulkan oleh perbedaan cara pandang dari
masing- masing bangsa tersebut. Hal yang lebih memprihatinkan adalah jika
perselisihan tersebut berlanjut dalam wujud peperangan.


BAB III PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Wednesday, 28 March 2012

TinjauanTentang Ilmu Budaya Dasar

TinjauanTentang Ilmu Budaya Dasar

A. Pendahuluan
Mata kuliah ilmu Budaya Dasar adalah suatu matakuliah yang membicarakan tentang nilai – nilai, tentang kebudayaan, tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya sehari – hari. Hal inidirasaperlu, karena dirasakan kekurangan pada sistem pendidikan kita, baik pada tingkat menengah, maupun pada tingkat perguruan tinggi.Tanpa memungkiri banyak factor – factor lain yang menyebabkannya, salah satu yang berpengaruh besar adalah sistem pendidikan kita.Tidak dapat disangkal, bahwa ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia – manusia spesialis yang tidakberpandangan luas. Para lulusan perguruan tinggi kita kurang mempunyai tempat yang sama untuk berpijak. Merek arelatife terlalu mengasampingkan bidang – bidang yang lain. Ini tidak berarti, bahwa mereka harus ikut campur pada bidang – bidanglain, tetapi agaknya keadaan ini yang membuat mereka seakan – akan buta akan bidang yang lain.
Disinilah diharapkan kegunaan mata kuliah ini, agar lulusan perguruan tinggi kita dari semua jurusan dapat mempunyai suatu kesamaan bahan pembicaraan.Adanya kesamaan ini diharapkan, agar interelasi antar aintelektuil kita lebih sering dengan akibat yang positif bagi pembangunan negara kita pada umumnya dan perbaikan pendidikan pada khususnya.
Jadi secara singkat dapatlah dikatakan bahwa setelah mendapat mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memperlihatkan :
1.     Minat dan kebiasaan menyelidiki apa – apa yang terjadi disekitarnya dan di luarlingkungannya, menelaah apa yang dikerjakannya sendiri dan mengapa.
2.     Kesadaran akan pola – pola nilai yang dianutnya serta bagai mana hubungan nilai – nilai ini dengan cara hidupnya sehari – hari.
3.     Kerelaan memikirkan kembali dengan hati terbuka nilai – nilai yang dianutnya untuk mengetahui apakah dia secara berdiri sendiri dapat membenarkan nilai – nilai tersebut untuk dirinya sendiri.
4.     Keberanian moral untuk mempertahankan nilai – nilai yang dirasanya sudah dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan sebaliknya menolak nilai – nilai yang tidak dapat dibenarkan.
B. Ilmu Budaya Dasar Sebagai Bagian Dari Mata Kuliah Dasar Umum
Ilmu budaya dasar merupakan salah satu komponen dari sejumlah mata kuliah dasar (MKDU) yang merupakan mata kuliah wajib di semua perguruan tinggi, baik yang sifatnya eksakta maupun non eksakta.
Secara khusus MKDU bertujuan untuk menghasilkan warga negara sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
1.     Berjiwa Pancasila yang tercemin pada keputusan dan tindakannya.
2.     Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
3.     Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral dalam menyikapi permasalah anda berbagai aspek.
4.     Memiliki wawasan budaya yang luas
C. Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah – masalah manusia dan kebudayaan.
Untuk mengetahui bahwa Ilmu Budaya Dasar termasuk kelompokan pengetahuan budaya, lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof.Dr. Harsya Bachtiar, mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1.     Ilmu – ilmu Alamiah ( natural science )
Ilmu – ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan – keteraturan yang terdapat dalam alam semesta.
2.     Ilmu – ilmu Sosial ( social science )
Ilmu – ilmu social bertujuan untuk mengkaji keteraturan – keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia.
3.     Pengetahuan Budaya ( the humanities )
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan – kenyataan yang bersifat manusiawi.
D. Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah – masalah manusia dan kebudayaan.
Untuk bias menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat :
1.     Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru